Selasa, 20 Januari 2015

Diktator.

Ngunandiko.80


DIKTATOR
(Dictator)



. . . . . . . . . . diktator adalah seseorang (pada masa Romawi) yang ditunjuk- pada waktu negara dalam keadaan krisis -untuk memerintah dengan kekuasaan mutlak.

Dalam berbagai tulisan tentang politik sering ditemukan kata atau istilah absolutisme, autarchy, authoritarianism, autocracy, depotism, dictatorship dan istilah-istilah lain yang sejenis. Pada kesempatan ini "Ngunandiko" akan membahas dan merenungkan kata atau istilah "dictatorship". Dictatorship adalah suatu bentuk pemerintahan dimana seorang atau suatu kelompok orang memiliki kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan secara mutlak tanpa suatu kontrol yang efektip (dictatorship is a form of government in which a person or group possesses absolute power without effective constitutional limitations.)

Hitler dan Mussolini
Kembali arti kata diktator adalah seseorang (pada masa Romawi) yang ditunjuk- pada waktu negara dalam keadaan krisis -untuk memerintah dengan kekuasaan mutlak. Namun kemudian, kata diktator berarti setiap otokrat. Sedangkan otokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya berada ditangan satu orang.
Ketentuan otokrat ini diturunkan dari bahasa Yunani  autokratĂ´r  yang secara harfiah berarti "berkuasa sendiri" atau "penguasa tunggal". Otokrasi biasanya dibandingkan dengan   oligarki  (kekuasaan oleh minoritas, oleh kelompok kecil) dan  demokrasi  (kekuasaan oleh mayoritas, oleh rakyat).
Diktator adalah pemimpin partai atau pemimpin dari suatu kelompok pribadi-pribadi, yang merebut kekuasaan (mungkin pula memperoleh-nya secara konstitusional), kemudian menciptakan "ke-diktator-an" (dictatorship). Ada beberapa "ke-diktator-an", misalnya "ke-diktator-an totaliter (totaliter dictatorship)" dibawah fasisme dan lain-lain.
Istilah "ke-diktator-an (dictatorship)" disini berarti suatu bentuk pemerintahan negara, dalam mana kekuasaan sepenuhnya berbasis ditangan seorang diktator atau dewan (beberapa orang), yang memegang pimpinan kekuasaan pemerintahan. Biasanya dalam memperoleh kekuasaan pemerintahan dilakukan-nya dengan paksaan atau kekerasan (coup de 'etat  atau revolusi). 

. . . . . . . . . . seorang diktator dalam memimpin negara, pada umumnya bertindak secara otoriter / tirani serta mengabaikan- bahkan sering kali menindas hak-hak rakyat.

Sementara itu seorang diktator dalam memimpin negara, pada umumnya bertindak secara otoriter / tirani serta mengabaikan- bahkan sering kali menindas hak-hak rakyat.   Seperti telah dijelaskan dimuka pada umumnya diktator naik tahta dengan menggunakan kekerasan seperti kudeta. Namun ada pula diktator yang naik takhta secara demokratis, salah satu contoh seorang diktator yang naik takhta secara demokratis adalah Adolf Hitler.
Sebelum membahas lebih lanjut, kiranya ada baiknya jika terlebih dahulu diajukan awal terjadinya "ke-diktator-an" (dictatorship). Munculnya "ke-diktator-an" dapat dikenali dari sejumlah perilaku pemimpin-pemimpin negara / pemerintahan yang terkenal di dunia antara lain sbb:

di Yunani: Pisistratus, pada tahun 560 SM, dengan dukungan tim memperoleh kekuasaan di Athena. Setelah terjadi dua kali kerusuhan, Pisistratus memerintah sebagai diktator selama 10 tahun. Setelah itu seorang family Pisistratus (Solon), pada tahun 504 SM diberi kekuasaan untuk menangani masalah-masalah konflik sipil di Attica.  
Solon membatalkan sejumlah utang, memajukan perdagangan, merombak mata uang, memperpanjang masa kewarganegaraan, serta merevisi konstitusi. Solon berkuasa sebagai diktator selama 22 tahun, namun ia menolak diangkat sebagai seorang diktator untuk seumur hidup. Solon dalam sejarah dikenal pula sebagai seseorang meletakan dasar-dasar hukum.
di Romawi: Beberapa diktator Romawi yang menonjol adalah Marius (157 SM - 86 SM), Sulla (138 SM - 78 SM) dan Julius Caesar (100 SM - 44 SM). Kediktatoran pada masa Romawi kuno biasanya hasil dari suatu situasi krisis atau darurat sipil. Para diktator (magister populi), dipilih oleh para konsul, kemudian oleh senat. Diktator memiliki kekuasaan mutlak (absolute) di hampir semua masalah, guna melindungi kepentingan umum. Diktator juga mengendalikan sebagian besar masalah administrasi dan menjalankan fungsi-fungsi magistrer lainnya dan bebas batasan dari para konsul.
Diktator Romawi kekuasaannya dibatasi oleh waktu, jika tugasnya berakhir wajib menyerahkan kekuasaannya, namun masih bisa melakukan kontrol untuk jangka waktu maksimum enam bulan. Setelah itu diktator Romawi harus membuat pertanggungan jawab atas tindakan-tidakannya.
Banyak diktator tidak hanya mempertahankan ketertiban dan menjunjung tinggi agama negara, tetapi juga mendorong perdagangan, reformasi pajak, melakukan distribusi tanah, mengurangi dan menghapus utang, dan membangun fasilitas umum.
Sebagaimana diketahui salah satu diktator Romawi yang menonjol adalah Marius (disamping itu ada Sulla dan Julius Caesar). Sebelumnya ia terpilih sebagai konsul untuk tujuh kali yaitu pada sekitar tahun 107 SM, Marius berasal dari keluarga sederhana, kemudian menjadi seorang prajurit terpandang (Marius juga dikenal sebagai tribun dari Pleb).
Marius memperkenalkan reformasi sosial dan politik, termasuk pembentukan relawan tentara profesional. Persaingannya dengan Sulla (pemimpin aristocrazy Romawi) menyebabkan terjadinya perang saudara.
Pada tahun 82 SM, Sulla mengambil kontrol pemerintahan. Berbeda dari   Marius, posisi Sulla tidak dibatasi oleh waktu maupun bidang tugas dan wewenang. Sulla berlaku kejam antara lain memerintahkan pembunuhan sekitar 40 senator dan 5.000 lawan-lawannya, serta banyak lainnya yang dibuang atau disita harta-nya.
Sulla memulihkan kekuatan Senat, tidak ada suatu keputusan penempatan penting tanpa dengan persetujuan Senat, dan mengembalikan hak eksklusif senator untuk bertindak sebagai juri di pengadilan yang lebih tinggi. Sulla juga membatasi hak veto dari tribun. Setelah dua tahun sebagai diktator, Sulla secara tiba-tiba mengundurkan diri.
Salah satu lawan politik Sulla yang lebih muda usia-nya adalah Julius Caesar. Setelah menduduki berbagai jabatan politik dan militer, Caesar diangkat sebagai diktator pada tahun 49 SM. Julius Caesar mengundurkan diri beberapa hari setelah memegang kediktatoran Romawi tersebut, namun kemudian kembali ke kekuasaan pada tahun 46 SM. Dua tahun kemudian Julius Caesar diangkat sebagai diktator seumur hidup, dan memperoleh julukan "Imperator (Panglima Tertinggi)".
Julius Caesar
Di bidang politik, Julius Caesar mengendalikan Majelis (Assembly), membatasi peran Senat, dapat me-veto keputusan tribune dan konsul, serta dapat mengusulkan dan melaksanakan hukum. Di bidang ekonomi, Julius Caesar menangani masalah-masalah keuangan (finance), menjaga stabilitas nilai mata uang, menurunkan utang dan bunga, melakukan census, menjadi sponsor program pembangunan, dan men-distribusi-kan tanah kepada tentara dan rakyat miskin. Julius-Caesar juga menangani agama dalam perannya sebagai ponfes maximus            (bahasa Jawa: Panotogomo ;  Penata Agama?).

. . . . . . . . . . Pada saat modern, para diktator pada dasarnya masih tetap berperilaku seperti para diktator di masa yang lalu. Diktator ternyata masih ada sampai sekarang.

Dari contoh ke-diktator-an di Yunani dan Romawi tersebut diatas, dapat dilihat bahwa suatu ke-diktator-an berpengaruh terhadap aspek-aspek politik, ekonomi, sosial dan lain-lain dari suatu kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada saat modern, para diktator pada dasarnya masih tetap berperilaku seperti para diktator di masa yang lalu. Diktator ternyata masih ada sampai sekarang.
Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan ke-diktator-an dalam masa modern (masa setelah Renaissance dan Revolusi Perancis) dapat dikemukakan secara singkat seperti berikut ini.

  • Jika melihat kondisi setelah Renaissance, tampak bahwa ke-diktator-an yang dilakukan oleh: para tiran jaman dahulu; raja mutlak abad ke-17; depotism di abad ke-18 dan masa berikutnya telah berubah- meskipun dasarnya masih tetap. Perubahan itu terjadi karena pencerahan dan Revolusi Prancis, yang berakibat muncul-nya kediktatoran tipe modern. Kediktatoran tipe modern tersebut telah melengkapi dirinya dengan lembaga-lembaga demokrasi seperti lembaga partai politik dan lembaga pemilihan umum.
  • Selama Revolusi Perancis karena kuatir terjadinya pemberontakan kaum kanan, maka kovensi Prancis 1793 memberi kekuasaan yang luar biasa kepada Komite Keamanan Publik (the commitee of Public Safety) yaitu dalam hal mengedalikan harga dan upah, mengatur pemuda (usia 18 - 25 tahun) menjalani wajib militer . Komite tersebut juga merubah perilaku diktator setelah Pemerintahan Teror (the Reign of Terror), dimana pada saat "Pemerintahan Teror" siapapun yang dituduh melakukan tindakan kontra revolusi dapat ditangkap, lk 300 ribu orang ditangkap, sekitar 35 ribu mati- al bapak Kimia Modern; Antoine Lavoisier.
  • Pemimpin Jacobin yang juga seorang diktator, Robespierre (1758 - 1794), ingin menciptakan "republik kebajikan" yang sering pula disebut sebagai "depotism kebebasan". Sementara itu Napoleon (1769 - 1821) berusaha menggabungkan demokrasi dan kediktatoran. Pada tahun 1802 Senat Perancis memilih Napoleon sebagai konsul pertama untuk selama sepuluh tahun, tapi Napoleon mengadakan plebisit yang memberinya posisi sebagai konsul untuk seumur hidup. Pada tahun 1804 Napoleon menobatkan dirinya sebagai kaisar (Bonaparteisme).
  • Sejak Revolusi Perancis banyak diktator telah berpura-pura menjadi demokratis dan menjalankan kehendak rakyat atau menggunakan lembaga-lembaga demokrasi (misalnya: partai politik) dan proses demokrasi (misalnya: pemilihan umum) bagi kepentingan akhir para diktator tersebut.
Kondisi seperti tersebut diatas (tindakan Robespierre dan Napoleon) merupakan gambaran dari kediktatoran tipe modern - pengganti kediktatoran tipe kuno (lama). Kediktatoran setelah Napoleon dengan berjalannya waktu juga terus mengalami perubahan, namun pada dasarnya seorang diktator masih tetap sama, melakukan pemaksaan dan naik tahta dengan kekerasan seperti kudeta. Diktator dalam memimpin negara, bertindak secara otoriter / tirani serta mengabaikan bahkan sering kali menindas hak-hak rakyat.
Kediktatoran tipe modern antara lain dapat dibagi menjadi empat, yaitu kediktatoran Tradisional; Kediktatoran Orang kuat Amerika Latin; Kediktatoran Rezim totaliter; dan Kediktatoran Lainnya  yang secara singkat dapat diuraikan sbb:

1.Kediktatoran tradisional.
 Ke-diktator-an tradisional dapat dilihat pada pemerintahan dibawah para "diktator modern ortodoks" seperti Marsekal Jozef-Pilsudski di Polandia (sebagai diktator lk 1926 - 1939), Jenderal Gyulan von Gombos dan Laksamana Horthy di Hongaria (sebagai diktator lk 1932 - 1935 ), Gen. Metaxas di Yunani (sebagai diktator lk 1936 - 1941), Salazar di Portugal (sebagai diktator lk 1932 - 1968), dan Franco di Spanyol (sebagai diktator lk 1939 - 1975). Semua diktator tersebut muncul untuk mencegah terjadinya revolusi, serta untuk mempertahankan tradisi.
Di Portugal, pada masa pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan Salazar, hanya ada satu partai politik yaitu partai Uni Nasional, partai-partai lain dilarang; pendidikan dikontrol oleh rezim Salazar dengan ketat, dan badan-badan politik (coperative chamber) hanya diberi kekuasaan sebagai penasihat. Rezim menekankan pada patriotisme, pengabdian, ketaatan, disipline dan ketertiban, semua itu seiring dengan pembatasan kebebasan pribadi.
2.Orang kuat Amerika Latin.
Negara-negara Amerika Latin telah menjadi ajang perjuangan dari banyak orang ambisius dan haus kekuasaan. Negara-negara Amerika Latin tersebut secara ekonomi terbelakang, didominasi oleh Gereja Katolik Roma, dan rakyatnya terdiri dari berbagai ras dan budaya, sementara itu tuan tanah memiliki perkebunan yang luas.
Para diktator yang keras dikenal sebagai "Cudillos", mereka muncul sebagai seorang pembebas atau penyelamat negara. Sebagian besar cudillos adalah militer, meskipun ada juga warga sipil yang didukung oleh militer. Beberapa cudillos secara sunguh-sungguh telah men-dedikasi-kan dirinya sebagai pelayan publik, seperti Simon Bolivar (1783 - 1830), Porfirio Diaz (1830 - 1915), yang pada awalnya adalah diktator di Meksiko, demikian juga Juan Vicente Gomes (1857 - 1935) di Venezuela. Sebagian besar cudillos digerakkan oleh kepentingan pribadi atau golongan, dan sibuk membangun citra pribadi dengan membangun monumem-monumen dan upacara-upacara yang megah.
3.Rezim totaliter
Bentuk ekstrim dari kediktatoran modern adalah totalitarianisme. Contoh dari kediktatoran tersebut antara lain adalah di Italia, Jerman, dan Rusia (Uni Soviet). Ketiga negara itu semuanya menjalankan totalitarianisme yang ciri-cirinya lebih kurang sbb:
  • satu partai;
  • satu ideologi;
  • polisi rahasia (yang melakukan teror); 
  • kontrol atas komunikasi; dan
  • satu pemimpin (diktator);
Seperti diketahui pada periode awal pemerintahan kaum komunis di Rusia (Uni Soviet) berada ditangan Lenin. Atas nama "diktator proletariat" Lenin menjalankan pemerintahan secara kolektip. Namun setelah pemerintahan Uni Soviet jatuh ditangan Stalin (1924 - 1952) "diktator proletariat" yang kolektip tersebut berubah menjadi sangat otoriter. Sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis, maka Stalin seorang diri menguasai sepenuhnya kekuasaan politik di Uni Soviet; lawan-lawan politik-nya (dan juga lawan pribadi) dibersihkan dari jabatan-jabatan penting partai, pemerintah, dan angkatan bersenjata. Kekuatan militer dikendalikan sesuai ideologi negara (komunisme) dan kebijakan gerakan komunisme internasional yang anti kapitalisme.
Sementara itu kediktatoran Fasis dan Nazi adalah reaksi terhadap kegelisahan yang mendalam dari masyarakat Italia dan Jerman pasca Perang Dunia I, serta ancaman Marxisme dan komunisme internasional. Italia dan Jerman telah menderita parah dalam Perang Dunia I. Pada periode pasca perang Italia mengalami kerusuhan industri, kekacauan sipil, dan ketidakstabilan pemerintah- meskipun Italia sebagai pemenang dalam PD I. Dan Jerman yang merasa dipermalukan oleh perjanjian Versailles dengan adanya pasukan pendudukan, invasi Ruhr (pendudukan lembah Ruhr oleh Perancis dan Belgia 1923 - 1925), gerakan sparatist di Rhineland (Negara Rhine yang diproklamasikan di Aachen), dan besarnya jumlah kompensasi perang yang jatuh tempo.
Komunisme berbasiskan pemikiran-pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels bercita-cita adanya kesetaraan sosial, internasionalisme, dan pemikiran rasional. Kediktatoran yang dijalankan oleh kaum komunis seharusnya hanyalah bersifat sementara.
Sedangkan fascisme Mussolini dan naziism Hitler menekankan perlunya negara yang kuat, pentingnya otoritas yang kuat, keunggulan ras, nilai-nilai disiplin, dan pengorbanan untuk keseluruhan. Kedua rezim fascis dan nazi tersebut sangat nasionalistik dan agresif terutama untuk urusan luar negeri. Keduanya melarang semua pihak yang berpotensi sebagai pesaing, tidak ada toleransi dengan lawan politik, dan membatasi hak berserikat dan berkomunikasi. Rezim Hitler dalam menjalankan larangan tersebut telah melakukan teror, kekerasan, kesewenang-wenangan, mengurung dalam kamp-kamp konsentrasi dan melakukan genosida (terhadap Yahudi).
4.Kediktatoran Lainnya.
Dibanyak negara selain Kediktatoran Tradisional; Kediktatoran Orang kuat Amerika Latin; dan kediktatoran rezim totaliter  dapat ditemukan pula apa yang dapat disebut sebagai Kediktatoran Lainnya, kediktatoran ini terdiri dari  rezim diktator Militer, rezim diktator Demokrasi Terpimpin, dan rezim diktator Reformasi.
Sesungguhnya rezim diktator militer telah ada sejak zaman pemerintahan Artahsasta Persia pada tahun 500-an SM. Pada waktu ini rezim diktator militer lebih banyak ada di negara-negara yang sedang berkembang (Asia, Afrika dan Amerika Latin), karena di banyak negara berkembang - "negara berkembang (umumnya bekas koloni negara-negara Barat)" -  tentara menganggap dirinya yang terbaik serta memenuhi syarat untuk bertindak sebagai agen pembaharuan dan kesatuan politik. Rezim diktator militer biasanya dibentuk dengan cara kudeta, secara teoritis kudeta militer adalah untuk mengatasi keadaan kritis dan menjalankan pemerintahan sipil untuk sementara, tetapi sering militer tetap berkuasa, terutama jika tidak ada kelompok lain yang dapat menjaga stabilitas.
Selain rezim diktator militer, dapat ditemukan pula apa yang dapat disebut sebagai rezim diktator Demokrasi Terpimpin dan rezim diktator Reformasi; hal itu terjadi di beberapa negara terbelakang seperti di Ghana dan Guinea. Seorang diktator diperlukan oleh negara-negara terbelakang guna menyatukan kelompok-kelompok yang terpecah-belah dan mencapai integrasi nasional- terutama pada masa awal kebebasannya dari kolonialisme. Sedangkan diktator Reformasi adalah seperti yang dilakukan oleh Fidel Castro di Kuba; rezim seperti itu umumnya memiliki orientasi ideologis seperti Maxisme-Leninisme dll dan menjalankan kebijakan sosialis al dengan melakukan redistribusi tanah, industrialisasi, dan nasionalisasi sumber-sumber daya. 

. . . . . . . . . . . kediktatoran tipe modern tersebut telah melengkapi dirinya dengan lembaga-lembaga demokrasi seperti lembaga partai politik dan lembaga pemilihan umum, serta telah melakukan pembagian kekuasaan secara jelas

Dari uraian diatas tampak bahwa dari waktu ke waktu kediktatoran terus berkembang dan berubah. Hal itu tampak dari praktek kediktatoran yang dilakukan oleh: (1) tiran jaman dahulu; (2) raja mutlak abad ke-17; (3) rezim depotism di abad ke-18 dan depotism di masa-masa berikutnya sampai dengan kediktatoran tipe modern- keditatoran setelah pencerahan dan Revolusi Perancis
Rezim diktator tipe modern tersebut telah melengkapi dirinya dengan lembaga-lembaga demokrasi seperti lembaga partai politik dan lembaga pemilihan umum, serta telah melakukan pembagian kekuasaan secara jelas. Sedangkan praktek kediktatoran yang dilakukan oleh: (1) tiran jaman dahulu; (2) raja mutlak abad ke-17; (3) rezim depotism di abad ke-18 termasuk dalam kediktatoran tipe kuno (lama), yang pada umumnya tidak memiliki lembaga-lembaga demokrasi. Berikut ini adalah contoh kediktatoran tipe kuno dan tipe modern.

CONTOH kediktatoran TIPE KUNO & MODERN
NEGARA / WILAYAH
NAMA DIKTATOR
MASA BERKUASA
Kediktatoran
1.Yunani
Leonidas I,
489 - 480 SM
Tipe kuno
2.Romawi
Nero
54 - 68 M
Tipe kuno
3.Jepang
Daigo (Atsuhito)
897 - 930
Tipe kuno
4.Mongolia
Jenghis Khan
1206 - 1227
Tipe kuno
5.Turki
Suleiman I
1520 - 1566
Tipe kuno
6.India
Humayun
1530 - 1539
Tipe kuno

1.Nicaragua
Anastasio S. Gracia
1936 - 1956
Tipe modern
2.Korea Selatan
Syngman Rhee
1948 - 1960
Tipe modern
3.Columbia
Gustavo R. Pinilia
1953 - 1957
Tipe modern
4.Pakistan
Ayub Khan
1958 - 1969
Tipe modern
5.Equatorial Guinia
Francisco M. Nguema
1968 - 1979
Tipe modern
6.Mesir
Hosni Mubarak
1981 - 2011
Tipe modern

Salah satu rezim yang tergolong rezim kediktatoran tipe modern adalah rezim totaliter. Rezim totaliter (misalnya; Nazi Jerman, Fasis, Italia, dan Komunis Rusia) berbeda dengan rezim absolut, karena adanya hubungan yang unik antara orang banyak atau masyarakat dengan rezim (negara). Hubungan orang banyak atau masyarakat dengan negara dalam rezim totaliter ditandai dengan:
  • adanya satu partai politik saja yang mewakili seluruh kekuatan sosial-politik masyarakat;
  • kegiatan ekonomi dikendalikan secara sentral oleh negara a.l dengan dukungan BUMN (badan usaha milik negara) atau perusahaan-perusahaan besar pendukung pemerintah;
  • rakyat banyak atau masyarakat dikendalikan secara ketat dengan aturan-aturan yang dibuat oleh negara;
  • peran propaganda  yang sangat intensif dalam me-mobilisasi pendapat umum- rakyat banyak atau masyarakat guna mendukung negara;
  • kontrol secara terselubung terhadap kegiatan orang banyak atau masyarakat melalui kebijakan rahasia atau sejenisnya
Sebaliknya rezim absolut atau "monarh mutlak" adalah penguasa dengan ligitimitasi berdasar garis keturunan dari penguasa sebelumnya. Penguasa itu memperoleh kekuasaan dari ke-perkasaan-nya serta restu Tuhan. Rezim absolut atau "monarh mutlak" sering bertindak sewenang-wenang atau sangat mengganggu dan menindas rakyat banyak atau masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Hal ini karena "monarh mutlak" menganggap diri-nya wakil Tuhan di muka bumi.
Kediktatoran seperti yang telah dijelaskan diatas, keberadaan-nya tidak datang begitu saja, namun karena sejumlah alasan antara lain sbb:

Machiavelli
  1. Niccolo-Machiavelli (1469 - 1527) berpendapat bahwa untuk mendirikan suatu Republik baru harus merupakan kerja yang dipimpin oleh satu orang. Maximilien-de-Robespierre (1758 - 1794) berkeyakinan bahwa suatu kebebasan dapat dicapai melalui kediktatoran. Pendapat-pendapat tersebut menunjukan, adanya suatu keyakinan, bahwa kediktatoran adalah satu-satunya cara bagaimana suatu rezim itu dapat berdiri dengan stabil dan berkelanjutan (untuk jangka yang cukup lama).
  1. Untuk menyelamatkan negara atau menangani krisis (krisis nyata maupun imajiner) diperlukan suatu kediktatoran. Misalnya, pada tahun 1922, raja Italia (waktu itu Italia berada dalam kondisi kritis  telah memanggil Mussolini (Ketua Partai Fasis), karena raja melihatnya bahwa Mussolini mampu menangani krisis yang disebabkan anarki, kerusuhan industri dan bahaya Bolshevisme.
  2. Seseorang ingin menciptakan suatu kediktatoran karena ambisinya, hal itu dicapainya dengan melakukan kudeta. Untuk itu ia berencana (dengan suatu skenario) kudeta yang akan menjadi alasan bagi keditatoran-nya antara lain sbb:
  • Di Yunani kuno, Pisistratus dan Dionysius Elder menciptakan kondisi tertentu yang dapat dipakai sebagai alasan melakukan kudeta, yaitu dengan berpura-pura menjadi target suatu usaha pembunuhan.
  • Di Perancis, Brumaire ke-18 (November, 9, 1799) menciptakan suatu keadaan darurat atau suatu gerakan kaum ekstrimis.
  • Di Jerman pada tahun 1933, pembakaran Reichstag, sehingga memungkinkan Hitler mengambil kekuasaan untuk memperkuat posisi.
  • Demikian juga yang dilakukan oleh Napoleon dan Jend Metaxas (menciptakan kondisi tertentu) dalam mengambil kekuasaan atau memperkuat posisi.
  1. Rezim diktator juga muncul karena suatu pemerintahan mengalami ketidakmampuan dan korupsi. Ketidakmampuan tersebut antara lain disebabkan oleh: kesulitan keuangan, kerusuhan sosial, atau kondisi vakum yang disebabkan turunnya dukungan masyarakat. Adanya ketidakmampuan dan korupsi tersebut menyebabkan hilangnya legitimitasi dari lembaga-lembaga pemerintahan yang ada.
  2. Beberapa kediktatoran menyatakan dirinya memperoleh mandat dari Tuhan- terutama rezim absolut atau "monarh mutlak", misalnya kaisar Jepang, di mana Kaisar menyatakan dirinya keturunan Dewa Matahari;
  3. Kediktatoran sering dihasilkan dari penghinaan dalam perang, gangguan yang disebabkan oleh perang, atau krisis militer yang tidak dapat dipadamkan oleh tim yang tersedia. Kontrol atas kekuatan militer dan kemenangan dalam perang sering menjadi cara untuk berkuasa seperti terlihat: di Israel kuno dan di Yunani kuno; pada para penguasa sebelum pencerahan (renaissance) dan para komandan perang (Warlords) diberbagai negara; pada para despot  (penguasa tunggal), istilah "despot" pernah digunakan sebagai gelar di Kekaisaran Romawi Timur),  Amerika Latin, dan pada sejumlah diktator kontemporer dalam mengambil kendali pemerintahan.
  4. Kediktatoran juga dibentuk untuk memperkenalkan perubahan dramatis dan modernisasi. Misalnya diktator Kemal Ataturk di Turki telah merubah Turki menjadi negara sekuler al dengan menerapkan kode sipil hukum, melarang poligami, mendirikan sebuah sistem pendidikan gratis dan pendidikan wajib.
  5. Kediktatoran dibentuk untuk melakukan reformasi, situasi revolusioner, atau tujuan kontra revolusi.
  • Reformasi; diktator memiliki alasan ketika suatu kelompok tidak puas dan menghendaki adanya perubahan (reformasi) lalu merebut atau meminta dengan paksa agar ide-ide-nya di pertimbangkan, seperti yang terjadi di Inggris di bawah Oliver Cromwell (1599 - 1658) atau di Perancis selama bagian pertama dari Perancis Revolusi,
  • Kondisi revolusioner: diktator berupaya merubah secara revolusioner kondisi ekonomi dan sosial dengan paksaan seperti yang dilakukan oleh Gracchi bersaudara di Roma kuno pada abad ke-2 sebelum Masehi, warga Prancis di bagian akhir dari revolusi Perancis pada abad ke-17 Masehi, atau rakyat Rusia dalam revolusi 1917 di Rusia.
  • Kontra revolusi; diktator dapat juga menjalankan yang dapat disebut sebagai "kontra kediktatoran" yaitu usaha (dengan kekuatan) melestarikan sistem yang ada atau untuk memungkinkan kelompok tradisional untuk dapat menjalankan kembali pengaruhnya. Hal seperti itu terjadi di Sparta, di Spanyol di bawah Jenderal Francisco Franco, di Portugal di bawah Antonio de Salazar, dan di Hungaria di bawah Nicholas Horthy. Banyak yang dihasilkan dari ambisi atau hasutan dari seorang individu, seperti dalam kasus Dionysius dari Syracuse yang serangan-nya terhadap pemerintah dan tentara menyebabkan nya yang dibuat s0le umum dan diktator
Seperti telah dijelaskan dimuka pola dan metode ke-diktator-an pada hakekatnya tetap konstan, dari dahulu sampai sekarang yaitu suatu pemaksaan. Semua diktator telah mengurangi kekuatan lembaga-lembaga lain dalam sistem politik dari pemeritahannya, misalnya: kekuatan Dewan Perwakilan Rakyat (Parlemen) dan kekuatan lembaga-lembaga peradilan yang independen. Semua itu secara konstitusional dan melalui aturan hukum adalah membatasi kebebasan pribadi. Sensor dilakukan untuk mengurangi kritik atau menegakkan keyakinan resmi. Pembatasan semua hal yang secara fisik dapat berakibat perlawanan terhadap rezim dihilangkan atau dikendalikan seperti melakukan unjuk rasa (demonstrasi), boikot dan lain-lain.
Banyak diktator telah menggunakan agama atau mitos untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat luas (massa) atau untuk menegakkan otoritas-nya. Media komunikasi, pertemuan massa, musik, drama dan lain-lain telah digunakan untuk tujuan propaganda dan indoktrinasi. Kediktatoran tipe modern telah mendorong organisasi pemuda untuk membantu dalam memperoleh dukungan massa dan proses propaganda

. . . . . . . . . . . semua diktator menghadapi masalah kurangnya pembantu yang kompeten, karena sikap kritisnya seorang pembantu yang cakap tidak akan dapat bertahan lama

Beberapa diktator dalam menjalankan pemerintahan semata-mata berdasar pemaksaan, baik secara halus maupun kasar. Persetujuan dari masyarakat atau wakil-wakilnya diatur sedemikian rupa agar berlangsung secara secara aklamasi seperti yang dilakukan oleh Agathocles (tiran Yunani kuno 361 - 289 SM dan raja Sisilia di Syracuse 317 - 289 SM), Napoleon, dan Hitler. Jika suatu persetujuan harus melalui pemilihan (pemungutan suara). Cara-cara seperti itu juga telah dilakukan oleh banyak penguasa modern.
Banyak diktator yang berusaha untuk mendapatkan perhatian rakyat telah melakukan "pencitraan" al dengan menampilkan kinerja dan peristiwa yang spektakuler di dalam negeri maupun di dunia internasional dengan monumen-munumem dan upacara-upacara yang megah guna memupuk semangat nasionalisme yang tinggi serta mendapatkan dukungan rakyat. Diktator, seperti Napoleon, telah membangkitkan kultus-individu bagi dirinya, dan mencoba untuk tampil sebagai tokoh yang karismatik, Salazar dan sejumlah diktator lain kurang lebih juga melakukan hal itu.
Namun semua diktator menghadapi masalah kurangnya pembantu yang kompeten, seorang pembantu yang cakap mungkin tidak dapat bertahan lama karena sikap kritisnya. Selain masalah kurangnya pembantu, nepotisme (termasuk korupsi), dan suksesi juga merupakan masalah yang serious bagi seorang diktator. Tidak adanya sistem suksesi yang baku dalam suatu ke-diktator-an menyebabkan banyaknya intrik, kasak kusuk yang disertai dengan perselisihan internal, hal itu menyebabkan suksesi tidak berjalan mulus, bahkan gagal
Sebelum menutup bahasan dan renungan ini, ingin disampaikan hal-hal sebagai berikut:
  • Ke-diktator-an (dictatorship) adalah pemerintahan negara, dimana kekuasaan sepenuhnya ditangan seorang diktator atau dewan (beberapa orang), yang memegang pimpinan kekuasaan pemerintahan. Biasanya dalam memperoleh kekuasaan dilakukan-nya dengan paksaan atau kekerasan (coup d'etat atau revolusi). 
  • Keberadaan seorang diktator di suatu negara tidak datang begitu saja, tetapi karena sejumlah faktor, yaitu: (a) faktor subyektif, ambisi seseorang (mis: Adolf Hitler, Augosto Penochet) menjadi seorang diktator (b) faktor obyektif, kondisi yang membutuhkan (mis: krisis, korupsi yang merajalela dll) adanya seorang diktator, dan (c) adanya teori-teori yang membenarkan (mis: pendapat Machiavelli dan Robespierre) adanya seorang diktator di suatu negara.
  • Pola dan metode ke-diktator-an dari waktu ke waktu pada hakekatnya adalah tetap, yaitu suatu pemaksaan. Hampir semua diktator memperoleh posisinya melalui kekerasan atau kudeta.
  • Diktator menjalankan praktek kediktatoran-nya secara sendirian serta menggunakan aturan yang dibuatnya atas kehendaknya sendiri (kediktatoran tipe kuno). Setelah pencerahan dan Revolusi Perancis, diktator menjalankan praktek kediktatoran-nya telah dilengkapi dengan partai politik, pemilihan umum dan lain lain (kediktatoran tipe modern).
  • Diktator selalu dihadapkan kepada masalah  mendapatkan pembantu yang kompeten, seorang pembantu yang cakap tidak akan dapat bertahan lama karena sikap kritisnya; serta masalah  suksesi yang sering tidak berjalan mulus (gagal) karena tidak adanya sistem suksesi yang baku. Hal itu menyebabkan banyaknya intrik, kasak kusuk yang disertai dengan perselisihan internal.
Demikianlah bahasan dan renungan singkat tentang diktator, semoga bermanfaat!
*
When dictatorship is a fact, revolution becomes a right.


*

2 komentar:

  1. Bung Wahyudi ! Saya setuju saran Anda agar renungan ini disempurnakan. Sedang dikerjakan !

    BalasHapus
  2. Bung Wahyudi atau siapa saja ! Kalau ada tulisan tentang "Bgmn kediktatoran mucul" mohon kami dapat dirimi ! Tks !

    BalasHapus